Sudah lama saya ingin ke Pasar pagi Asemka. Konon pasar kaki lima di bawah Jembatan Lima, Jakarta Barat, menjual hampir semua hal dengan harga super miring karena keterlaluan murahnya.
Yang bikin berat kesana jauh dan macetnya itu loh, dari tempat tinggal saya di Mampang Prapatan jaraknya aja bikin aplikasi Google Maps di iPhone harus di zoom out biar kelihatan jarak utuhnya!
Tapi karena belakangan ini saya suka ke Tanaabang, dan sempat liat rambu petunjuk jalan selalu mengarah kesana bikin jadi penasaran. Sepertinya sih dekat, ya sudah saya impulsif aja langsung tancap gas kesana.
Saya kesana hari rabu sekitar jam 1 siang dan cuaca hari itu luar biasa cerah dengan langit tanpa awan sekalipun.
Saya bergerak dari Palmerah Selatan mengarah ke Tanabang lewat jalan Pejompongan. Mendekati Tanabang saya masuk underpass yang mengarah terus ke jalan Cideng dan lurus terus ngikutin rambu petunjuk jalan yang mengarah ke Jembatan Lima dan Kota.
Ternyata jalurnya ngga lurus terus apalagi seperti biasa di Indonesia belum sampai tujuan rambu petunjuk jalannya mulai menghilang. Jadi aja mengandalkan Google Maps yang mengarahkan saya belok kiri dan kanan dan akhirnya nanya ke tukang parkir dan supir Bajaj.
Sampai juga ke wilayah Asemka. Tapi bukannya ke kolong Jembatan Lima yang ada 100 meter di depan, saya belok masuk ke gedung yang nama resminya China Trade Center. Gedungnya seperti di film-film gangster dari Hongkong, kumuh abis!
Saya agak malas masuk ke gedung ini tapi di depan pintu masuk ada pos petugas parkir lengkap dengan palangnya, artinya parkirannya dikelola cukup baik dong ya. Setelah ambil tiket saya naik ke lantai 5 melewati toko-toko yang penuh ribuan barang aksesoris yang masih dalam dus-dus besar seperti barang kiriman yang baru datang dari Tiongkok.
Setelah parkir motor di lantai 5, saya bingung mau turun ke dalam toko lewat mana. Lift tepat di depan parkiran aja tampak kusam dan tombolnya ngga nyala, entah rusak ato ngga. Untung ada sekuriti yang lagi ngobrol dan ternyata benar turun dari lift itu hahahaha.
Setelah pintu lift terbuka ternyata ada bapak-bapak yang duduk santai di bangku lipat depan tombol mengoperasikan lift. Yang menarik, bapak-bapak itu harus ada disana karena tombolnya sudah hilang semua jadi perlu teknik khusus untuk mengerakkan lift. wuiih!
Meski gedung ini berlantai 5 (atau 6 ya?) tapi hanya 3 lantai yang terisi. Lantai basement, lantai dasar, dan lantai 1.
Saya langsung turun ke lantai paling dasar dan mulai lihat-lihat. Kondisi setiap lantainya nyaris seperti di glodok yang penuh barang menutupi jalan, namun bedanya semua barang yang dijual disini adalah aksesoris wanita.
Mulai dari dompet hp, ikat rambut, peralatan mandi, tas wanita dan travel bag, hingga gelang dan kalung imitasi.
Seandainya tempat ini lebih bersih dan teratur mungkin mata kita enak lihat banyaknya barang harga grosiran warna-warni disetiap sudut lantai. Tapi ya karena ini pusatnya grosir dengan harga supplier, ya begitu deh kondisinya.
Tapi meski jorok, tempat ini ramai banget! Di setiap sudut toko ada pelanggan yang lagi nawar, ada yang lagi foto barangnya (mungkin untuk jualan online) dan ada yang lagi ngitungin duit merah yang masih baru.
Don’t judge the book by it cover bener sih. Penampilan gedung ini ancur abis tapi sangat bisa diandalkan untuk kalian yang mau mulai belajar dagang. Modal kalian yang bisa habis jika beli stok barang di ITC mungkin bisa sisa banyak kalau belanja disini, sayang pilihannya terbatas aksesoris wanita saja.
Dan satu hal lagi, orang-orang disini cukup ramah loh 😀
P.S: Saya memang sengaja ngga ke pasar pagi Asemka dibawah kolong Jembatan Lima yang terkenal jual mainan karena sudah banyak media online yang menceritakan tempat itu.